atas jasa jasanya pemerintah indonesia menetapkan mr soepomo sebagai pahlawan
BiografiProf.Dr. Soepomo. Prof. Mr. Dr Soepomo seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai perumus Undang-undang Dasar 1945, bersama Muhammad Yamin dan Suekarno. Beliau lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 dan meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun.
Perumusandasar negara Indonesia merupakan hasil kerja keras yang melibatkan banyak tokoh. Tokoh-tokoh tersebut telah berjuang dengan tulus dan ikhlas untuk merumuskan dasar negara. Para perumus dasar negara yang patut diteladani nilai-nilai perjuangannya, antara lain sebagai berikut.
Nama Dr. Soepomo mungkin lebih dikenal sebagai jalan di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Namanya memang diabadikan di jalan Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia atas jasanya yang besar. Dr Soepomo adalah salah satu perumus dasar negara yakni Pancasila. Ia juga ikut menyusun Undang-undang Dasar 1945.
MeneladaniPahlawan. Oleh Aris Heru Utomo Selasa, 10 November 2020 08:31 WIB. Warga menggelar renungan untuk mengenang para pahlawan di atas Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur, Senin (9/11/2020). Kegiatan yang digelar oleh Bangun Marwah Perjuangan Indonesia itu dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
Padatanggal 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan keesokan harinya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bertemu dan menugaskan komisi tujuh: Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, Soebardjo, Otto Iskandardinata, Yamin dan Wongsonegoro untuk menghasilkan versi final UUD. [19]
Forster Co Ax Single Stage Press Reviews. Uploaded byMuhaimi Mie 0% found this document useful 0 votes736 views3 pagesDescriptionBiografi Singkat SoepomoCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes736 views3 pagesBiografi Singkat SoepomoUploaded byMuhaimi Mie DescriptionBiografi Singkat SoepomoFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Uploaded byfandics 0% found this document useful 0 votes172 views1 pageOriginal TitleProf Dr Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes172 views1 pageProf DR SoepomoOriginal TitleProf Dr byfandics Full descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Setiap pahlawan memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia, termasuk dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu penyusunnya adalah seorang ahli hukum adat bernama Soepomo. Untuk dapat mengenal sosoknya lebih dekat, simak biografi Soepomo di artikel Dasar 1945 adalah hukum tertulis yang menjadi dasar pemerintahan Republik Indonesia. Oleh karenanya, dalam penyusunannya diperlukan seorang ahli hukum seperti Soepomo agar dapat tersusun baik. Namun, tak banyak biografi atau buku sejarah yang membahas tentang sosok Soepomo adalah seseorang yang cerdas dan memiliki ketertarikan pada ilmu hukum sejak ia masih muda. Bahkan, ia tak hanya belajar hukum di dalam negeri saja, tapi juga sampai ke Negeri Kincir kecerdasannya di bidang hukum, ia langsung diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia pada Kabinet Sutan Syahrir. Ia juga sempat menjadi dosen dan rektor di Universitas Sudah nggak sabar untuk mengenal sosoknya lebih dekat? Tanpa perlu menunggu lama, langsung simak biografi Soepomo di artikel ini, yuk! Di sini, kamu bisa mengetahui banyak hal, mulai dari kehidupan pribadi, peran dalam kemerdekaan Indonesia, hingga akhir hayatnya. Selamat membaca! Kehidupan Pribadi Soepomo Dokumentasi majalah Kajawen edisi nomor 33 tanggal 18 Agustus 1927 tentang kelulusan Soepomo dari Universitas Leiden Sumber Wikimedia Commons Hal pertama yang dapat kamu baca dalam biografi Soepomo ini adalah seputar kehidupan pribadinya. Kamu bisa mengetahui tentang keluarga, pendidikan, juga kehidupan pernikahannya. 1. Keluarga Soepomo lahir pada tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia merupakan anak sulung dari 11 bersaudara dan memiliki empat adik laki-laki juga enam adik perempuan. Keluarganya merupakan keluarga bangsawan, di mana kakek dari pihak ibu dan ayahnya sama-sama memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan. Kakeknya dari pihak ibu adalah Bupati Nayak Sragen bernama Raden Tumenggung Wirjodiprodjo, sementara dari pihak ayah adalah Bupati Anom Sukoharjo bernama Raden Rumenggung Reksowardono. Soepomo merupakan putra dari pasangan Raden Rumenggung Wignyodipuro dan Renak Wignyodipuro. Sang ayah juga memiliki jabatan di pemerintahan sebagai Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kesunanan Surakarta. 2. Pendidikan yang Diambil Karena terlahir di keluarga priyayi, Soepomo beruntung bisa mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah bergengsi di Indonesia. Pada tahun 1917, ia bersekolah di ELS Europeesche Lagere School Boyolali, sebuah sekolah dasar milik Belanda untuk anak-anak pribumi. Tahun 1920, ia melanjutkan ke MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs Solo, setingkat dengan SMP. Setelah lulus dari MULO, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia. Pada tahun 1923, ia berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan menjadi siswa terbaik. Sebagai siswa terbaik di sekolah, Soepomo mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda mulai tahun 1924. Di sana, ia menjadi murid Cornelis van Vollenhoven, seorang profesor hukum yang terkenal sebagai “arsitek” ilmu hukum adat dan ahli hukum internasional. Pada bulan Juni 1927, Soepomo lulus dari Rijksuniversiteit Leiden dengan gelar Meester in de Rechten atau Sarjana Hukum. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan gelar doktor dalam ilmu hukum satu bulan kemudian. Saat itu, ia berhasil lulus dengan tesis yang berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta Reorganisasi Sistem Agraria di Wilayah Surakarta. Dalam tesisnya itu, ia mengupas dan menganalisa sistem agraria tradisional di Surakarta beserta hukum-hukum kolonial yang berhubungan dengan pertanahan. Keberhasilannya dalam lulus dengan baik itu membuatnya disambut baik oleh kawan-kawannya dan sarjana yang berasal dari Belanda. Apalagi ia juga mendapatkan penghargaan “Gadjah Mada”, penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Rijksuniversiteit Leiden untuk mahasiswa terbaik. 3. Kehidupan Pernikahan Membicarakan tentang kehidupan pernikahan Soepomo dalam biografi ini mungkin sedikit sulit. Karena tak banyak informasi yang bisa didapatkan seputar kehidupan pernikahannya. Soepomo menikah dengan seorang putri dari Pangeran Ario Mataram yang bernama Raden Ajeng Kushartati. Upacara pernikahan tersebut diadakan pada tanggal 20 Januari 1929. Dari pernikahannya dengan sang putri bangsawan, ia dikaruniai enam anak. Tiga di antara anaknya adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Seperti halnya kehidupan pernikahannya, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan seputar anak-anaknya. Baca juga Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia Peran Soepomo dalam Kemerdekaan Indonesia Sidang BPUPKI pertama Sumber Wikimedia Commons Hal selanjutnya yang perlu kamu ketahui dalam biografi Soepomo adalah tentang perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Karena meskipun tak banyak buku sejarah yang menyebutkan namanya, ia memiliki tugas penting dalam merancang dasar hukum di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945. Tugas tersebut dimulai ketika ia bergabung dengan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Awalnya, ia bertugas untuk menyusun konstitusi bersama Moh. Yamin dan Soekarno. Ketika berlangsung sidang pertama BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo sempat menyampaikan pidato seputar teori-teori negara secara yuridis, politis, dan sosiologis. Saat itu ia juga menjelaskan seputar syarat berdirinya negara, bentuk-bentuk negara, bentuk pemerintahan, serta hubungan negara dengan agama. Soepomo mengemukakan kalau ia sudah membuat sebuah rumusan bernama “Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Isinya menyebutkan tentang persatuan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat, demokrasi, dan keadilan sosial. Kebetulan sekali rumusan tersebut sejalan dengan lima asas dasar negara yang disebutkan dalam pidato Moh. Yamin. Lima asas tersebut adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan peri kesejahteraan rakyat. Pada sidang BPUPKI lainnya, Moh. Yamin mengusulkan tentang pemberian kewenangan pada Mahkamah Agung untuk menguji undang-undang. Usulan tersebut terinspirasi dari pemerintah Amerika Serikat yang selalu menguji undang-undang sejak tahun 1796. Soepomo langsung menyanggah usulan tersebut dengan tiga alasan. Alasan pertama, konsep dasar dalam UUD adalah pembagian kekuasaan. Alasan selanjutnya, tugas hakim bukanlah menguji, tapi menerapkan undang-undang. Alasan terakhirnya adalah jika hakim diberi kewenangan untuk menguji undang-undang, nantinya bisa bertentangan dengan supremasi MPR. Peran lainnya dalam kemerdekaan Indonesia adalah menjadi Ketua Panitia Kecil yang bertugas untuk merancang naskah Undang-Undang Dasar dari hasil Piagam Jakarta yang dirumuskan tanggal 22 Juni 1945. Panitia Kecil tersebut memiliki beberapa anggota, seperti Wongsonegoro, A. A. Maramis, Ahmad Subarjo, R. P. Singgih, Sukiman Witjosandjojo, dan Haji Agus Salim. Setelah naskah Undang-Undang Dasar sudah tersusun rapi, Soepomo menawarkan diri untuk membentuk Panitia Penghalus Bahasa. Badan yang dibentuk bersama Prof. Dr. Husein Jayadiningrat dan Haji Agus Salim itu bertugas untuk menyempurnakan bahasa dalam undang-undang agar lebih dapat dipahami oleh rakyat. Baca juga Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya Riwayat Pekerjaan Soepomo Soepomo paling kiri saat melakukan kunjungan ke Belanda Sumber Wikimedia Commons Setelah mengetahui tentang kehidupan pribadi dan peran Soepomo dalam kemerdekaan, hal selanjutnya yang bisa kamu baca di biografi ini adalah riwayat pekerjaannya. Tak hanya pekerjaan yang dilakoni sebelum Indonesia merdeka, tapi juga jabatan-jabatan yang diampunya di pemerintahan. 1. Sebelum Kemerdekaan Indonesia Setelah lulus dari Bataviasche Rechtsschool, sebenarnya Soepomo tidak langsung mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Ia sempat diangkat sebagai pegawai Pengadilan Negeri di Sragen. Pekerjaan tersebut tidak lama dilakoni karena ia harus melanjutkan pendidikannya di Rijksuniversiteit Leiden. Setelah lulus dan pulang ke Indonesia pada tahun 1927, ia bekerja sebagai pegawai pembantu untuk Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta. Satu tahun kemudian, ia diangkat menjadi Ketua Luar Biasa Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sekitar tahun 1930-an, ia dipindahtugaskan ke Jakarta untuk membantu Direktur Justisi. Di sana, ia bertugas untuk meneliti hukum adat di daerah Jawa Barat. Pada akhir tahun 1932, ia diangkat menjadi Ketua Pengadilan Negeri Purworejo. Setelah enam tahun bekerja di Purworejo, ia kembali dipindahkan ke Jakarta untuk bekerja di Departemen Kehakiman. Saat Perang Asia antara Belanda dan Jepang pecah, Soepomo ditunjuk sebagai dosen hukum adat di sekolah tinggi hukum Rechts Hooge School RHS di Jakarta. Ia diminta untuk menggantikan posisi Prof. Ter Haar yang pulang ke Belanda untuk menghindari perang. Tak hanya mengajar di RHS, Soepomo juga menjadi dosen hukum adat di Bestuurs Academie Akademi Calon Pamong Praja Jakarta. Ia kemudian diangkat sebagai Guru Besar Hukum Adat di RHS juga Pembesar dan Kepala Jawatan Kehakiman. Tak hanya itu, ia juga bergabung dalam Panitia Hukum Adat dan Tata Negara. 2. Setelah Kemerdekaan Indonesia Setelah Indonesia merdeka, Soepomo diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia pertama untuk periode 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945. Sebagai Menteri Kehakiman, tugas pertamanya adalah memperbaiki dan mengganti hukum-hukum peninggalan kolonial yang tak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam Kabinet Sutan Syahrir, ia menjadi Penasihat Menteri Kehakiman. Saat itu, ia juga tengah aktif menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP, sebuah organisasi yang menjadi cikal bakal terbentuknya DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Selama beberapa periode kabinet, ia tidak memiliki jabatan apa-apa dalam pemerintahan. Barulah pada periode Kabinet Republik Indonesia Serikat, ia diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia di bawah Perdana Menteri Mohammad Hatta. Setelah tak lagi bertugas sebagai Menteri Kehakiman sejak 6 September 1950, ia menjadi dosen hukum di Universitas Gadjah Mada dan akademi Kepolisian Jakarta. Pada tahun 1951, ia ditunjuk sebagai Rektor Universitas Indonesia untuk menggantikan Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo. Jabatan sebagai rektor itu berakhir pada tahun 1954 dan posisinya digantikan oleh Bahder Djohan. Sesudahnya, Soepomo diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya hingga tahun 1956. Baca juga Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi Fakta Seru seputar Soepomo Diorama Kongres Jong Java Sumber Wikimedia Commons Biografi ini akan kurang lengkap kalau belum membicarakan beberapa fakta menarik seputar Soepomo. Tak hanya tentang organisasi-organisasi yang pernah diikutinya, tapi juga perannya dalam Kongres Wanita Indonesia dan rasa cintanya pada dunia seni. 1. Pernah Mengikuti Beberapa Organisasi Sejak muda, Soepomo sering bergabung dengan beberapa organisasi. Khususnya yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah organisasi bernama Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeniging yang ia ikuti ketika kuliah di Belanda. Organisasi yang dipimpin oleh Mohammad Hatta tersebut banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia yang tengah berada di Belanda. Perkumpulan pelajar itu berusaha untuk membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Jong Java, sebuah organisasi pergerakan pemuda. Bisa dibilang ia cukup aktif di organisasi tersebut, bahkan sempat menjadi pemimpin Jong Java cabang Batavia bersama Basoeki. Pada tahun 1921, perwakilan Jong Java dari cabang Surabaya dan Semarang mengusulkan organisasi tersebut menjadi partai politik. Basuki dan Soepomo menentang usulan tersebut dan berusaha mengingatkan kembali tujuan awal Jong Java sebagai perkumpulan para pelajar pribumi. Namun, protes tersebut tidak membuahkan hasil dan Jong Java akhirnya terjun ke dunia perpolitikan Indonesia. 2. Berperan Penting dalam Kongres Perempoean Indonesia Pada tahun 1928, beberapa organisasi kemasyarakatan wanita Indonesia bersatu membentuk Kongres Perempoean Indonesia. Peristiwa bersejarah tersebut menjadi tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan wanita Indonesia. Pada Kongres Perempoean Indonesia pertama yang diadakan di Yogyakarta, setidaknya ada peserta yang tergabung dalam 30 organisasi dari 12 kota yang hadir. Di antara para peserta tersebut, ada juga sejumlah tokoh penting, seperti Mr. Singgih, Dr. Soepomo, Mr. Soejoedi, Dr. Soekiman, dan A. D. Haani. Kehadiran para tokoh itu tak hanya sebagai peserta saja, tapi juga memberikan presentasi sesuai dengan keahlian masing-masing, begitu pula Soepomo. Saat itu, ia membuat sebuah makalah berjudul Perempuan Indonesia dalam Hukum. Makalah tersebut membahas tentang pentingnya kesadaran para wanita Indonesia akan hukum yang berlaku. 3. Sangat Menyukai Dunia Seni Tak hanya cerdas, Soepomo rupanya memilki kecintaan yang cukup besar pada dunia seni. Tak hanya menikmati sebagai tontonan, tapi ia juga bisa menari Jawa dan mahir melakukan seni karawitan dengan luwes. Bahkan, ia juga pernah bergabung dengan perkumpulan wayang orang bernama Krido Yatmoko. Sebagai bukti keluwesannya, ia pernah mengikuti pagelaran tari bersama Wiryono Projodikoro pada tahun 1927 di Paris. Keluwesannya menari membuat para penonton yang hadir merasa terkesima. Saat itu, Duta Besar Belanda untuk Perancis bernama Dr. Loudon sampai meminta Soepomo dan Wiryono untuk mengulang pagelaran tari tersebut. Baca juga Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air Akhir Hayat Soepomo Buku Hukum Adat karya Soepomo Sumber Instagram – tb_thalib09 Setelah mengetahui seputar kehidupan pribadi dan peran-perannya dalam kemerdekaan Indonesia, hal terakhir yang bisa kamu baca di biografi ini adalah mengenai akhir hayat Soepomo. Di sini, kami juga akan sedikit membahas mengenai penghargaan dari pemerintah Indonesia. Pada tanggal 12 September 1958, Soepomo meninggal dunia di Jakarta karena serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di Kampung Yosoroto, Purwosari, Laweyan, Solo. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya untuk Indonesia, Presiden Soekarno memberikan gelar Pahlawan Nasional pada Soepomo. Gelar tersebut diberikan sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 123 tanggal 14 Mei 1965. Baca juga Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles Nilai-Nilai Perjuangan yang Bisa Kamu Dapatkan dari Biografi Soepomo Itulah tadi biografi Soepomo yang sudah membahas mulai dari kehidupan pribadi, jasa-jasanya untuk Indonesia, hingga akhir hayatnya. Kira-kira, nilai-nilai semangat apakah yang sudah kamu dapatkan dari artikel ini? Sejak masih muda, Soepomo hanya mempelajari satu bidang saja, yaitu hukum. Dengan begitu, ketika dewasa ia benar-benar menguasai bidang tersebut dan mendapatkan kepercayaan sebagai seorang ahli. Hal tersebut bisa menjadi sebuah motivasi bagimu ketika ingin mempelajari sesuatu. Dalamilah ilmu tersebut dengan baik hingga akhirnya kamu bisa pantas disebut sebagai seorang ahli yang menguasai bidang tersebut. Kalau kamu masih mencari biografi tokoh lain yang nggak kalah menginspirasi seperti halnya Soepomo, simak artikel-artikel di kanal Tokoh di ini. Kamu bisa mendapatkan biografi presiden pertama Indonesia, perdana menteri pertama Indonesia, pencipta lagu Indonesia Raya, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
- Nama Dr. Soepomo mungkin lebih dikenal sebagai jalan di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Namanya memang diabadikan di jalan Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia atas jasanya yang besar. Dr Soepomo adalah salah satu perumus Undang-undang Dasar 1945. D ikutip dari Biografi yang disusun Direktorat Jenderal Kebudayaan, Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 22 Januari berasal dari kota kecil, Soepomo lahir dari keluarga yang terpandang di sana. Ia adalah putra pertama Raden Tumenggung Wignyodipuro, pejabat Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Baca juga Para Tokoh di Balik Lahirnya Pancasila Kakeknya, KRT Reksowadono, adalah Bupati Sukoharjo. Kendati terlahir ningrat, Soepomo tak memiliki jiwa feodal seperti keluarga kepala daerah umumnya. Ia digambarkan sebagai anak yang sederhana dan rendah hati. Berprestasi di sekolah Sebagai anak bangsawan, Soepomo mendapat kehormatan untuk bersekolah di sekolah dasar untuk anak-anak Belanda dan bangsawan yakni Europeesche Lagere School di Solo. Soepomo menamatkan sekolah pada 1917, di usia yang cukup muda yakni 14 tahun. Ia kemudian melanjutkan sekolah ke tingkat berikutnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO yang ada di Solo juga. Baca juga Ingat MULO dan HBS? Ini Beberapa Sekolah Umum pada Masa Hindia Belanda Soepomo remaja menamatkan sekolah pada 1920 dengan prestasi yang gemilang. Di sekolah ini pula, Soepomo bertemu dengan Raden Ajeng Kushartati, gadis keraton yang kelak menjadi istrinya. Selepas lulus dari MULO, Soepomo kemudian melanjutkan sekolah hukum ke Rechtscool di Jakarta pada 1920. Di Jakarta, Soepomo mulai bergaul dengan pemuda-pemuda lain yang tergabung dalam pergerakan nasional. Soepomo lagi-lagi menuai prestasi dengan menamatkan Rechtscool pada 1923 dengan hasil yang memuaskan. Pada 16 Mei 1923, ia diangkat sebagai pegawai negeri dengan penempatan Pengadilan Negeri di Sragen, kota tempat kakeknya, RT Wirjodiprodjo menjabat sebagai Bupati Nayaka Kabupaten Sragen. Baca juga Asal-usul Indonesia, dari Catatan Bung Hatta sampai Peran STOVIA Pekerjaan yang disenanginya itu harus ditinggalkannya pada 12 Agustus 1924. Saat itu, Soepomo mendapat programstudieopdracht atau pertukaran pelajar. Belajar pergerakan di Belanda Di usia 21 tahun, Soepomo mengejar cita-citanya menjadi ahli hukum dengan menimba ilmu di Fakultas Hukum di Universiteit Leiden. Ia memperdalam diri dalam peminatan hukum adat. Di sana, Soepomo juga bergabung dengan organisasi Indonesische Vereniging atau Perhimpunan Indonesia. Perkumpulan yang berubah menjadi organisasi politik itu mengajarkan nilai-nilai pergerakan untuk kemerdekaan kepada Soepomo. Prof. Mr. Dr. R. Supomo 1977 Soepomo bersama teman-temannya di Belanda. Selain aktif di pergerakan, Soepomo juga aktif di kesenian. Jiwa seninya terlihat dari tariannya yang berbakat. Lewat berbagai pentas, Soepomo ingin menunjukkan Indonesia adalah bangsa dengan peradaban yang tinggi. Keahlian menari itu diwarisi dari seorang pangeran keraton bernama Sumodiningrat. Soepomo bahkan sempat menari dalam pagelaran di Paris pada 1926. Baca juga Keraton Kartasura, Istana yang Menjadi Pemakaman Setahun kemudian, pada 14 Juni 1927, Soepomo meraih gelar Meester in de rechtern Mr atau magister hukum dengan predikat summa cum laude. Disertasinya yang berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch stelsel in het Gewest Soerakarta juga membuatnya langsung meraih gelar doktor. Semua diraih dalam usia 24 tahun. Kendati sibuk sekolah, Soepomo muda tetap tak lupa pada pujaan hatinya semasa sekolah di Solo. Takdir mengantarkannya bertemu kembali dengan Raden Ajeng Kushartati. Saat pesta perkawinan emas Ratu Wilhelmina di Belanda, Supomo bertemu dengan kedua orangtua Raden Ajeng Kushartati. Soepomo meminta restu untuk mengawininya. Perkawinan pun dilaksanakan di Indonesia setelah Soepomo kembali. Baca juga Villa Yuliana, Persembahan untuk Putri Ratu Wilhelmina di Kabupaten Soppeng Jadi hakim dan profesor Sekembalinya ke Tanah Air, Soepomo menjalani beberapa profesi. Di antaranya, Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Direktur Justisi di Jakarta, hingga Guru Besar hukum adat pada Rechts Hoge School di Jakarta. Pekerjaan Soepomo mengharuskannya meneliti ke lapangan. Ia turun ke rumah penduduk dan dan melihat bagaimana kebodohan membelenggu rakyat. Soepomo menilai keadaan itu hanya bisa diperbaiki lewat pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Soepomo kerap memberi penyuluhan dan bantuan kepada masyarakat. Dikutip dari Ensiklopedia Tokoh Nasional, Prof. Mr. Soepomo 2017, cita-cita luhur Soepomo membuatnya bergabung dengan organisasi Budi Oetomo. Seperti organisasi dan partai politik lainnya, Budi Oetomo juga mencita-citakan kemerdekaan bangsa. Caranya, lewat pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Baca juga Boedi Oetomo, Sang Penanda Kebangkitan Nasionalisme Kiprah Soepomo cukup menonjol di organisasi itu. Pada 1930, ia pun dipercaya menjabat wakil ketua. Di sisi lain, profesinya sebagai hakim membuatnya dilematis. Saat itu, Pemerintah Kolonial Belanda memberlakukan serangkaian aturan yang melarang orang berkumpul dan berserikat dalam kegiatan politik. Sejumlah tokoh nasional pernah dijebloskan ke penjara karena aturan-aturan ini. Soekarno pernah masuk penjara Sukamiskin, Bandung hingga Ende dan Bengkulu. Begitu pula Hatta, Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sayuti Melik, dan banyak nama lainnya. Soepomo yang dalam hati mendukung pergerakan yang dilakukan para tokoh, terikat pada pekerjaannya sebagai pegawai pemerintahan. Baca juga Ende, Tempat Soekarno Merenungkan Pancasila Sebagai hakim, ia harus menjatuhkan hukuman yang dibuat Belanda kepada saudara sebangsanya sendiri. Soepomo berusaha membantu perjuangan dengan cara memberi saran kepada para pejuang untuk bertemu secara sembunyi-sembunyi. Ia juga kerap mendebat aparat polisi yang menangkap pejuang. BPUPKI lalu PPKI Memasuki masa pendudukan Jepang pada 1942, Soepomo melakoni peran baru sebagai Mahkamah Agung Saikoo Hoin dan anggota Panitia Hukum dan Tata Negara. Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Departemen Kehakiman Shijobuco. Soepomo menerima pekerjaan itu karena di era pendudukan Jepang, para pejuang memilih tak melawan dan kooperatif dengan militer Jepang yang keras. Jepang yang awalnya diharapkan sebagai saudara dari Timur yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan, malah membuat kehidupan rakyat makin terpuruk. Baca juga Benarkah Indonesia Dijajah Belanda Selama 350 Tahun? Kebijakan Jepang yang asal-asalan membuat rakyat hidup sengsara dan kelaparan. Rakyat terus menagih janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan Indonesia. Perang Dunia Kedua yang menghimpit Jepang pada 1944, mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Soepomo. Para tokoh pergerakan khawatir Jepang batal memberikan kemerdekaan yang dijanjikan. Jepang tak bisa berkelit. Untuk melunasi janjinya, mereka membentuk satu badan yang bertugas mempersiapkan dan merancang berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat. Pada 26 April 1945, badan itu, Dokoritsu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, dibentuk. Soepomo, bersama Bung Karno, Bung Hatta, AA Maramis, Abdul Wahid Hasyim, dan Moh Yamin direkrut ke juga Hari Ini dalam Sejarah PPKI Mulai Bekerja Siapkan Kemerdekaan RI Masing-masing mengemukakan pendapatnya soal pemikiran untuk menjadi dasar negara. Soepomo, pada 31 Mei 1945, mengajukan lima prinsip. Kelima prinsip sebagai dasar negara itu adalah persatuan, mufakat dan demokrasi, keadilan sosial, serta kekeluargaan, dan musyawarah. Soepomo juga menyampaikan konsep negara kesatuan untuk diberlakukan di Indonesia. Hasil pemikiran para tokoh itu disahkan menjadi Piagam Djakarta pada 22 Juni 1945. Untuk agenda selanjutnya, perumusan undang-undang dasar, BPUPKI digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Menjadi menteri Kekalahan Jepang pada Agustus 1945 mendorong Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus. Keesokan harinya, PPKI menggelar sidang. Baca juga Saat Sutan Syahrir Mendengar Berita soal Kekalahan Jepang dari Sekutu pada 10 Agustus 1945... Sidang itu menetapkan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. PPKI juga membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP dan Badan Keamanan Rakyat BKR. PPKI dibubarkan dan anggotanya masuk ke KNIP. Kemudian pada 19 Agustus 1945, Soekarno membentuk kabinet yang terdiri dari 16 menteri. Soepomo diangkat sebagai Menteri Kehakiman. Penunjukan itu dilakukan Soekarno karena yakin terhadap kecakapan Soepomo di bidang hukum. Soepomo menjadi Menteri Kehakiman pertama RI. Baca juga Kronik KUHP Seabad di Bawah Bayang Hukum Kolonial Salah satu tugas penting Soepomo yakni merumuskan aturan hukum. Ia bercita-cita Indonesia bisa punya kodifikasi hukum sendiri alih-alih mengadopsi hukum Belanda. Kodifikasi hukum ini, seperti keinginan Soepomo, berasal dari hukum adat Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini, hukum yang dibukukan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, masih sebagian besar menganut kodifikasi era kolonial Hindia Belanda. Indonesia berganti-ganti bentuk Di awal kemerdekaannya, bentuk negara serta pemerintahan Indonesia kerap berubah-ubah. Pada 14 November 1945, Indonesia berubah bentuk dari sistem presidensil menjadi pemisahan kepala negara dengan kepala pemerintahan. Baca juga 6 Kejadian Unik Saat Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus Presiden Soekarno menjadi kepala negara, sementara kepala pemerintahan di tangan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Syahrir merombak kabinet Soekarno dan menggantinya dengan orang-orang politik, kebanyakan dari Partai Sosialis Indonesia PSI. Soepomo yang bukan orang partai pun lengser. Namun hal itu tak dirisaukannya. Ia paham akan dinamika politik. Soepomo tetap membantu bangsa. Ketika Ibu Kota Indonesia dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta, Soepomo ikut. Di sana, ia diminta membantu pendirian lembaga pendudukan tinggi setingkat universitas. Maka pada 3 Maret 1946, berdirilah Universitas Gadjah Mada UGM. Soepomo ditunjuk sebagai guru besar di Fakultas Hukum. Baca juga Perjalanan Panjang UGM dan Museumnya yang Menyimpan Kisah Obama Selain sibuk mengajar di UGM dan Akademi Kepolisian di Magelang, Soepomo juga aktif di kegiatan lain. Ia diminta menjadi penasihat Menteri Kehakiman. Soepomo juga ditunjuk sebagai salah satu pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia KONI Pusat. Kemudian pada Desember 1946 sampai Mei 1947, Soepomo diminta menjadi anggota panitia reorganisasi Tentara Republik Indonesia. Ia diminta menyumbangkan pemikiran terkait rencana pemerintah menyusun kembali struktur organisasi angkatan perangnya. Kembali jadi menteri Di tengah pergolakan politik dalam negeri, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Baca juga Jembatan “Saksi” Agresi Militer Belanda II Itu Akhirnya Runtuh… Soepomo beberapa kali menjadi delegasi antara Indonesia dengan Belanda. Salah satunya, di perjanjian Renville yang dianggap merugikan Indonesia. Perjanjian itu mempersempit wilayah Indonesia menjadi hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemudian saat Belanda menyerang Ibu Kota Yogyakarta atau yang dikenal sebagai Agresi Militer II Belanda pada 1949, Soepomo mengambil peran sebagai delegasi dalam perundingan untuk membela Indonesia. Puncak perundingan itu, dihasilkan kesepakatan lewat Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949. Soepomo yang terlibat dalam KMB, dipercaya sebagai Ketua Panitia Konstitusi dan Politik. Tugasnya mengajukan rancangan konstitusi yang bisa diterima Belanda. Baca juga Hari Ini dalam Sejarah Dimulainya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda Meski lewat KMB Belanda akhirnya melepas Indonesia, namun Indonesia dipaksa merubah bentuknya menjadi Republik Indonesia Serikat. Bagi Soepomo, apa yang dihasilkan lewat KMB sudah maksimal kendati banyak hal yang harus direlakan. Salah satunya, mengganti bentuk negara kesatuan. Dalam pemerintahan RIS, Soepomo kembali duduk sebagai menteri kehakiman pada 20 Desember 1949. Tak lama setelah diangkat, yakni pada 19 Mei 1950, Soepomo menggelar pertemuan. Pertemuan itu untuk mengakomodasi keinginan rakyat mengembalikan bentuk negara ke negara kesatuan. Aktivitas hingga tutup usia Setelah lengser sebagai menteri pada September 1950, Soepomo diberi mandat sebagai anggota delegasi RI untuk menghadiri sidang umum PBB di Lake Succes pada 13 November 1950. Baca juga Polemik 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila pada Era Orde Baru... Lewat sidang itu, Indonesia dinyatakan sebagai anggota PBB dengan nomor urut 60. Setelah itu, Soepomo diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Belanda. Tugasnya, membina hubungan antara Indonesia dengan Belanda pasca-KMB. Setelah Belanda, Soepomo menjadi Duta Besar untuk Inggris dari 1954 hingga 1956. Di dunia akademik, Soepomo juga diangkat sebagai profesor lalu Presiden Universitas Indonesia. Di tingkat internasional, Soepomo menjabat Wakil Presiden International Institute of Differing Civilization yang berpusat di Brussel, Belgia. Ia juga menjadi wakil ketua di International Comission for Scientific and Cultural History of Mankind dan Indonesia Institute for World Affairs. Baca juga 17 Agustus Di 9 Tempat Ini, Soekarno Pernah Catatkan Sejarah... Jabatan terakhir yang diembannya adalah sebagai anggota Panitia Negara untuk Urusan Konstitusi pada 1958. Soepomo tutup usia pada 12 Desember 1958 usai bermain tenis di rumahnya di Jalan Diponegoro, Jakarta. Ia meninggal karena serangan jantung. Soepomo dimakamkan keesokan harinya di Pemakaman Yosoroto di Jalan Slamet Riyadi, Purwosari, Surakarta. Sebagai penghargaan, Soepomo diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 1965. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Prof. Mr. Dr. Soepomo adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo dikenal sebagai arsitek Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan Soekarno. Sebagai putra keluarga priyayi, ia berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS Europeesche Lagere School di Boyolali 1917, MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Solo 1920, dan menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. Ia kemudian ditunjuk sebagai pegawai negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri Sragen Soegito 1977. Antara tahun 1924 dan 1927 Soepomo mendapat kesempatan melanjutkan pendidikannya ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelis van Vollenhoven, profesor hukum yang dikenal sebagai "arsitek" ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional, salah satu konseptor Liga Bangsa Bangsa. Thesis doktornya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta tidak saja mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta, tetapi juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di wilayah Surakarta Pompe 1993. Ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana kolonial tentang proses transisi agraria ini dibungkus dalam bahasa yang halus dan tidak langsung, menggunakan argumen-argumen kolonial sendiri, dan hanya dapat terbaca ketika kita menyadari bahwa subyektivitas Soepomo sangat kental diwarnai etika Jawa lihat buku Franz Magnis-Suseno "Etika Jawa" dan tulisan-tulisan Ben Anderson dalam Language and Power sebagai tambahan acuan tentang etika Jawa untuk memahami cara pandang dan strategi agency Soepomo. Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung di Jakarta pada 12 September 1958 dan dimakamkan di Solo.
atas jasa jasanya pemerintah indonesia menetapkan mr soepomo sebagai pahlawan